Tafsir Surah al-Qari'ah
Intisari Kandungan Ayat 1-5
Surah
yang lalu (al-'Adiyat), diakhiri dengan uraian tentang Hari Kiamat yang
menjelaskan tentang akan diperiksanya segala sesuatu, termasuk isi hati
manusia. Surah ini berbicara juga tentang Hari Kiamat, dari sisi awal
kejadian-nya yang mengetuk dengan keras telinga, pikiran, dan jiwa
manusia serta menjelaskan sekelumit dari proses pemeriksaan yang
diuraikan oleh surah yang lalu. Surah ini dimulai dengan menyebut
al-Qari'ah yang secara harfiah berarti sesuatu yang mengetuk dengan
keras/menggedor sehingga memekakkan telinga. Yang dimaksud adalah
peristiwa Kiamat. Lalu, untuk menampilkan kedahsyatan peristiwa
penggedoran itu sekaligus untuk mengundang perhatian pendengarnya, ayat 2
“menanyakan”: Apakah al-Qari'ah, yakni suara yang memekakkan itu? Ia
sungguh sangat menegangkan dan sangat sulit engkau jangkau hakikatnya,
walaupun engkau berusaha sekuat kemampuanmu. Di sana, terjadi hal-hal
yang tidak dapat dicakup penjelasannya oleh bahasa manusia, tidak juga
dapat tergambar kedahsyatannya oleh nalar. Itulah lebih kurang makna
ayat 3 yang secara harfiah berarti: Apakah yang menjadikan engkau tahu
apa al-Qari'ah? Selanjutnya, ayat 4 menggambarkan sekelumit dari
peristiwa itu, yakni pada hari itu manusia seperti anai-anai yang
bertebaran, karena banyak, bertumpuk, serta lemahnya mereka, dan juga
karena sebagian besar mereka terjerumus dalam api yang menyala-nyala.
Ayat 5 menggambarkan keadaan gunung-gunung yang kini terlihat sedemikian
tegar, tetapi ketika itu ia menjadi seperti bulu atau kapas
berwarna-warni yang demikian ringan dan yang dihambur-hamburkan sehingga
bagian-bagiannya terpisahpisah diterbangkan angin.
Pelajaran yang Dapat Dipetik Dari Ayat 1-5
1.
Peristiwa Kiamat sangat dahsyat dan tidak dapat dilukiskan dengan
kata-kata. Ketika itu, semua lemah lunglai, jangankan manusia, gunung
pun hancur lebur sehingga menjadi seperti kapas atau bulu yang
diterbangkan angin.
2. Gunung-gunung dalam kehidupan dunia
bermacammacam karena perbedaan materi-materi yang dikandung oleh
bebatuannya. Jika materinya besi, maka warna dominannya adalah merah;
jika materinya batubara, maka warna dominannya hitam; jika materinya
perunggu, maka gunung tersebut berwarna kehijau-hijauan; dan seterusnya.
Intisari Kandungan Ayat 6-11
Setelah
ayat-ayat yang lalu mengisyaratkan betapa dahsyatnya Hari Kiamat,
ayat-ayat di atas menguraikan proses yang akan dialami manusia dalam
kaitannya dengan pertanggungjawaban mereka. Ayat-ayat di atas bagaikan
menyatakan: Ketika itu semua manusia akan dihadapkan pada satu
pengadilan yang sangat teliti lagi adil. Amal-amal mereka akan ditimbang
dalam timbangan yang hak, maka adapun orang yang berat timbangan
kebaikannya, karena mengikuti kebenaran yang diajarkan Allah dan
Rasul-Nya, maka tujuannya adalah tempat yang tinggi dan dia berada dalam
satu kehidupan yang sangat memuaskan hingga dia tidak mengharap lagi
sesuatu yang lain. Adapun orang-orang yang ringan timbangan kebaikannya,
maka dia berada dalam satu kehidupan yang sangat buruk dan tujuannya
adalah neraka Hawiyah. Demikian ayat-ayat 6-9. Selanjutnya, ayat 10
menggambarkan kedahsyatan neraka Hawiyah dengan mengajukan "pertanyaan"
yakni apakah yang menjadikan engkau tahu walau engkau berusaha sekuat
tenaga apakah ia itu? Yakni engkau, siapa pun engkau, tidak dapat
menjangkau betapa dahsyat neraka Hawiyah itu. Ayat 11 menggambarkan
sekilas tentang neraka itu yakni: Ia adalah api yang berkobar dengan
amat besar lagi sangat panas yang tingkat kepanasannya tidak akan pernah
dicapai jenis api yang lain, walaupun api yang lain itu terus-menerus
menyala-nyala dan selalu diisi dengan bahan bakar.
Pelajaran yang dapat dipetik dari ayat 6-11
1.
Di Hari Kemudian ada yang dinamai Mazan, yakni timbangan. Kita tidak
tahu bagaimana bentuk dan sifatnya. Yang wajib diyakini bahwa Allah Maha
Adil dan kelak di Hari Kemudian ada tolok ukur yang pasti lagi benar
untuk menilai amal-amal perbuatan manusia, dan ini hanya diketahui oleh
Allah SWT karena tidak ada yang mengetahui kadar niat dan keikhlasan
seseorang kecuali Allah SWT sedang amal selalu berkaitan dengan niat.
2.
Amal kebaikan dan kejahatan masing-masing orang, ditimbang, lalu mana
yang berat itulah yang menentukan kebahagiaan atau kesengsaraan manusia.
3.
Amal-amal yang baik atau yang buruk, bertingkattingkat kebaikan dan
keburukannya. Karena itu, ada amal-amal baik yang sangat dianjurkan dan
ada
juga yang sekadar dianjurkan. Demikian juga sebaliknya ada keburukan yang haram dan ada juga yang hanya makruh.
Demikian, wa Allah A'lam.